Info Tentang Batu Blah -Bagian Dua Update Terbaru 2017 Gratis

Sedikit Info Seputar Batu Blah -Bagian Dua Terbaru 2017 - Hay gaes kali ini team Cyber Pekok, kali ini akan membahas artikel dengan judul Batu Blah -Bagian Dua , kami selaku Team Cyber Pekok telah mempersiapkan artikel ini untuk sobat sobat yang menyukai Cyber Pekok. semoga isi postingan tentang Artikel #CeritaRakyat, Artikel #Dongeng, Artikel #Fiksi, Artikel Edukasi, Artikel Pendidikan, yang saya posting kali ini dapat dipahami dengan mudah serta memberi manfa'at bagi kalian semua, walaupun tidak sempurna setidaknya artikel kami memberi sedikit informasi kepada kalian semua. ok langsung simak aja sob
Judul: Berbagi Info Seputar Batu Blah -Bagian Dua Full Update Terbaru
link: Batu Blah -Bagian Dua
"jangan lupa baca juga artikel dari kami yang lain dibawah"

Artikel Terbaru Batu Blah -Bagian Dua Update Terlengkap 2017

Tidak lama kemudian, Keumala pulang. Agam Tuha dan Inong Tulôt tidak berkata apa-apa perihal tindakan mereka. Mereka bersikap biasa saja. Keumala pun bersikap biasa terhadap kedua anaknya. Seusai makan malam, Agam Tuha dan Inong Tulôt langsung beranjak tidur. Agam Tuha mengintip dari balik selimutnya, Keumala sedang menyuapi tempurung kelapa dengan sesuap nasi. Selalu saja nasi terbaik yang diberikan Keumala kepada tempurung kelapa, tepatnya kepada Belalang gemuk di dalamnya. Agam Tuha tidak lagi menaruh heran karena sebelah kaki Belalang telah dimakannya bersama Inong Tulôt.
Hari terus berganti. Agam Tuha dan Inong Tulôt bermain dengan senang di halaman rumah mereka. Keumala membawa pulang hasil panen dengan jumlah banyak. Keumala bekerja lebih keras untuk menghidupi keluarganya.
Agam Tuha dan Inong Tulôt telah merasakan lezatnya daging Belalang. Saat Keumala bersawah di pagi harinya, Agam Tuha mencopot kaki bawah sebelah kanan kemudian memanggangnya. Semakin dirasa, semakin enak daging Belalang itu. Di hari berikutnya, Agam Tuha mencopot kaki atas sebelah kanan. Hari berikutnya, Agam Tuha mencopot kaki atas sebelah kiri. Inong Tulôt tidak mampu membantah tindakan abangnya. Hari berikutnya adalah sayap sebelah kanan dan hari berikutnya sayap sebelah kiri. Setiap kali Inong Tulôt menolak memakan kaki Belalang, Agam Tuha tidak segan-segan memukul adiknya. Inong Tulôt yang takut pada Agam Tuha hanya dapat menyantap daging Belalang sampai kekenyangan.
Dalam setiap kesempatan, Agam Tuha memperhatikan ibunya. Keumala tidak pernah membuka tempurung kelapa, ia hanya menyuapi sesuap nasi ke sana. Agam Tuha tidak merasa kasihan bahkan sampai memberitahu soal Belalang nasib itu.
Tibalah pada suatu hari yang terik sekali. Agam Tuha dan Inong Tulôt sangat lapar sekali. Di atas meja tidak ada nasi dan lauk yang tersedia. Satu-satunya yang ada di sana adalah badan Belalang yang belum tersentuh. Agam Tuha membuka tempurung kelapa. Tampak badan Belalang yang bulat tidak lagi berkaki dan bersayap.
“Jangan, Abang. Nanti Mak marah pada kita,”
“Mak tak akan tahu,”
“Bagaimana jika Mak tahu?”
“Mak tak pernah membuka tempurung kelapa ini!”
Agam Tuha menghidupkan api lebih besar. Badan Belalang itu tampak gemuk sekali dan akan susah matang jika dipanggang di api sedang. Agam Tuha memanggang badan Belalang di atas api yang sedang menyala. Inong Tulôt duduk di sampingnya. Aroma Belalang dibakar itu sungguh menyengat. Agam Tuha sudah tidak sabar ingin segera merasakan lezatnya daging Belalang. Inong Tulôt juga telah lupa arah. Pandangan Inong Tulôt terbinar dengan rasa lapar yang tidak bisa diajak kompromi.
Agam Tuha dan Inong Tulôt menyantap daging tubuh Belalang dengan lahap. Mereka berdua kekenyangan dan lupa memadamkan api. Angin dari hutan menerbangkan aroma ke sawah.
Dengan tergopoh, Keumala pulang dari sawah. Firasatnya sudah tidak enak. Sesampainya di rumah ia melihat Agam Tuha dan Inong Tulôt terbaring di atas tikar pandan usang. Kedua anaknya belum menyadari Keumala telah pulang. Keumala mencium bau sedap dari api yang masih menyala. Bau itu merangsang otaknya untuk berpikir bahwa yang dibakar adalah daging.
Betapa terkejutnya Keumala saat melihat tempurung kelapa telah terbuka. Keumala mencari-cari ke setiap sudut rumah, barangkali Belakang di bawah tempurung kelapa itu telah terbang. Keumala membuat firasat tidak baik kepada kedua anaknya, bahwa yang dibakar bukanlah Belalang yang teramat dicintainya.
Lelah mencari, Keumala bertanya kepada Agam Tuha dan Inong Tulôt.
“Siapa yang membuka tempurung kelapa ini, Nak?”
“Abang, Mak,” jawab Inong Tulôt.
“Kalian makan Belalang di sana, Nak?”
“Iya, Mak,” Inong Tulôt menjawab dengan jujur.
“Kami kelaparan, Mak,” kata Agam Tuha sambil menunduk.
“Mak meminta kalian menjaga rumah dan tak membuka tempurung kelapa ini. Mak tahu kalian lapar, ada beras yang bisa kalian masak,”
“Kami tak pandai memasak, Mak,” ujar Agam Tuha.
“Mengapa Belalang itu bisa kalian masak?”
“Karena Belalang itu mudah kami panggang di atas api, Mak,” jawab Agam Tuha.
“Dan rasanya lezat sekali,” tambah Inong Tulôt.
Keumala tidak mampu berkata lagi. Berderai air matanya. Air mata Keumala jatuh menimpa tempurung kelapa. Menganak di sana dan tidak kering dalam waktu lama. Ia merasa bersalah karena tidak berkata jujur pada kedua anaknya. Ia pun merasa tersalah karena tidak memasak nasi dan lauk untuk kedua anaknya. Ia cuma bisa berandai-andai jika mengatakan sebuah kejujuran, musibah ini tidak akan pernah terjadi.
Keumala meratapi diri sendiri. Agam Tuha ia suruh timba air di depan rumah. Inong Tulôt ia minta duduk di teras menghadap ke sawah. Ia merapikan diri sendiri. Berpikir sejenak tentang apa yang telah terjadi. Ia begitu terpukul karena Belalang yang ia temui di sawah telah tiada. Belalang itu telah menemani hari-harinya yang bahagia. Keumala mengarahkan pandangan ke seluruh rumah. Hatinya sakit sekali melihat Agam Tuha dan Inong Tulôt. Ia tidak kuasa melihat kedua anaknya, karena itu akan mengingatkannya pada Belalang yang telah mereka santap di luar pengetahuannya.
Dalam keadaan gamang, Keumala membuka pintu belakang rumah. Suara derit terdengar keras. Ia berlari meninggalkan rumah. Ia menuju hutan yang tidak terjamah. Ia tahu di dalam hutan terdapat Batu Blah yang bisa dimintai pertolongan. Karena Batu Blah akan membuatnya menghilang dari dunia ini untuk selama-lamanya.

Itulah sedikit Artikel Batu Blah -Bagian Dua terbaru dari kami

Semoga artikel Batu Blah -Bagian Dua yang saya posting kali ini, bisa memberi informasi untuk anda semua yang menyukai Cyber Pekok. jangan lupa baca juga artikel-artikel lain dari kami.
Terima kasih Anda baru saja membaca Batu Blah -Bagian Dua