Info Tentang Batu Blah - Bagian Tiga Update Terbaru 2017 Gratis

Sedikit Info Seputar Batu Blah - Bagian Tiga Terbaru 2017 - Hay gaes kali ini team Cyber Pekok, kali ini akan membahas artikel dengan judul Batu Blah - Bagian Tiga , kami selaku Team Cyber Pekok telah mempersiapkan artikel ini untuk sobat sobat yang menyukai Cyber Pekok. semoga isi postingan tentang Artikel #CeritaRakyat, Artikel #Dongeng, Artikel #Fiksi, Artikel Edukasi, Artikel Pendidikan, yang saya posting kali ini dapat dipahami dengan mudah serta memberi manfa'at bagi kalian semua, walaupun tidak sempurna setidaknya artikel kami memberi sedikit informasi kepada kalian semua. ok langsung simak aja sob
Judul: Berbagi Info Seputar Batu Blah - Bagian Tiga Full Update Terbaru
link: Batu Blah - Bagian Tiga
"jangan lupa baca juga artikel dari kami yang lain dibawah"

Artikel Terbaru Batu Blah - Bagian Tiga Update Terlengkap 2017

Inong Tulôt menyadari ibunya telah pergi.
“Mak…Mak….Mak…!!!” panggil Inong Tulôt sambil mengejar Keumala ke belakang rumah.
Agam Tuha baru sadar bambu untuk menampung air telah bocor saat Inong Tulôt memanggil ibu mereka. Agam Tuha ikut mengejar adik dan ibunya. Mereka bertiga terus berlari ke dalam hutan. Agam Tuha dan Inong Tulôt terus memanggil-manggil ibu mereka. Keumala tidak pernah menoleh. Keumala terus berlari. Air mata Keumala jatuh berderai. Ia tidak kuasa melirik ke belakang. Ia tidak sudi menatapi kedua anaknya. Ia tidak berani berterus terang kepada kedua anaknya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Dalam terus berlari, Keumala menendangkan syair yang ia percaya dapat membuka mulut Batu Blah.
Batu blah,
Batu meutangkôp,
Peuhah babah,
Mangat uloen grôep…[1]
Keumala mengulang lagi syair yang sama.
Batu blah,
Batu meutangkôp,
Peuhah babah,
Mangat uloen grôep…
Langkah kaki Keumala hampir sampai ke mulut Batu Blah. Sesampainya di dekat batu besar itu, Keumala menendangkan kembali syair dengan suara lebih keras, lebih tegas dan lebih jelas.
Batu blah,
Batu meutangkôp,
Peuhah babah,
Mangat uloen grôep…
Mulut Batu Blah terbuka lebar. Keumala meloncat ke dalamnya. Mulut Batu Blah kembali tertutup dengan seketika, sesaat setelah Inong Tulôt menangkap tiga helai rambut Keumala. Inong Tulôt menangis tersedu-sedu. Di tangannya tiga helai rambut berubah menjadi tiga gelang emas. Agam Tuha yang baru sampai pun ikut menangis karena tidak sanggup ditinggal ibunya.
Agam Tuha membawa pulang Inong Tulôt dalam sedih tidak terkira. Mereka masih belum percaya telah ditinggal oleh Keumala, ibu yang telah mereka sakiti. Mereka pun membawa pertanyaan besar, mengapa Keumala marah kepada kedua anaknya. Mereka hanya memakan seekor Belalang saja. Mereka tidak tahu mengapa Keumala memelihara Belalang itu dengan baik sekali dan diberi umpan nasi setiap hari.
Nasib Agam Tuha dan Inong Tulôt semakin hari semakin membaik setelah ditinggal ibunya. Tiga helai rambut Keumala yang berubah menjadi emas disimpan dengan baik oleh Inong Tulôt. Tempurung kelapa yang semula digunakan untuk berteduh Belalang juga disimpan oleh Inong Tulôt. Di halaman rumah mereka tumbuh dengan sendirinya bungôeng ie mawôe.[2] Sekuntum bungôeng ie mawôe yang baru mekar, dipetik Inong Tulôt lalu dibawanya ke mana-mana. Bungôeng ie mawôe itu tidak pernah layu. Semakin hari semakin harum dalam tangan Inong Tulôt.
Agam Tuha menjaga adiknya dengan baik. Ia memelihara seekor ayam jantan yang kemudian sering diikutsertakan dalam pesta sabung ayam. Pesta itu sering dilaksanakan di mana-mana dan telah menjadi tradisi masyarakat sekitar. Semakin hari semakin mahir ayam jago milik Agam Tuha. Semakin sering pula Agam Tuha menang. Semakin banyak menyabung dan banyak menang, semakin banyak hadiah yang diterima oleh Agam Tuha.
Hidup Agam Tuha dan Inong Tulôt tidak lagi melarat. Beras telah tercukupi. Harta benda telah banyak terkumpul. Agam Tuha pun meminta kepada Inong Tulôt untuk tidak meninggalkan rumah. Di antara kakak beradik ini mempunyai kunci tersendiri untuk membuka pintu rumah mereka.
Agam Tuha selalu pergi menyabung ayam. Tidak pernah kenal lelah ia menyabung ayam. Ayam jago yang dicintainya selalu menang dan membuat lawan kesal bahkan membencinya.
Agam Tuha pulang dengan membawa kemenangan. Begitu berada di depan pintu, Agam Tuha menendangkan syair supaya Inong Tulôt membuka pintu. Setelah syair didendangkan, kokok ayam berbunyi tiga kali. Itulah tanda supaya Inong Tulôt membuka pintu untuk abangnya.
Buka pintô hai adôe,
Buka ju meuligôe,
Abang ka neu wôe,
Jak peu lôt manok…[3]
Di antara lawan Agam Tuha, hadirlah Aneuk[4] Teungoh[5] yang tidak menerima ayamnya selalu kalah. Aneuk Teungoh yang garang rupanya mencari-cari cara supaya ayam Agam Tuha kalah. Sakit hati Aneuk Teungoh adalah saat Agam Tuha membawa pulang kemenangan. Ayam jago Aneuk Teungoh selalu cedera dan ia harus mencari ayam jago lainnya untuk dapat mengalahkan ayam jago milik Agam Tuha.
Kedengkian Aneuk Teungoh terus berkibar. Ia mencoba melawan Agam Tuha dengan berbagai cara. Aneuk Teungoh mengerahkan anak buahnya untuk merampok harta kekayaan Agam Tuha. Sesampainya di rumah Agam Tuha dan Inong Tulôt, mereka tidak pernah bisa membuka pintu. Aneuk Teungoh dan anak buahnya mengobrak-abrik perkarangan, menendang-nendang, memukul-mukul dinding rumah, tetapi rumah itu tidak roboh atau terbuka sedikit saja.
Aneuk Teungoh yang kian frustasi memikirkan cara lain untuk melawan Agam Tuha. Bersama anak buahnya, Aneuk Teungoh merencanakan sesuatu yang lebih masuk akal. Mereka membuntuti Agam Tuha yang pulang membawa kebahagiaan. Mereka intip Agam Tuha membuka pintu. Mereka akan segera tahu di mana kunci pintu rumah itu Agam Tuha sembunyikan.



[1]Syair dalam bahasa Aceh, artinya Batu terbelah, Batu tertutup,Buka mulut, Supaya saya lompat…
[2]Bunga mawar.
[3]Syair dalam bahasa Aceh, artinya Buka pintu hai adik, Buka segera teras, Abang sudah pulang, Dari sabung ayam…
[4]Anak

Itulah sedikit Artikel Batu Blah - Bagian Tiga terbaru dari kami

Semoga artikel Batu Blah - Bagian Tiga yang saya posting kali ini, bisa memberi informasi untuk anda semua yang menyukai Cyber Pekok. jangan lupa baca juga artikel-artikel lain dari kami.
Terima kasih Anda baru saja membaca Batu Blah - Bagian Tiga

Related Posts :